Foto : Wak KiMak periksa proyek terima kasih
IntenNews.com | Puisi - Ia tak punya kerja, kecuali menumpang di pundak mertua dan ia memang tak ada kerja kecuali menempel di punggung musim pemilu,
Menyebut nama calon sembahannya bagai doa membagi-bagi amplop, membagi janji, menyusun mimpi di atas baliho yang panjang berjela
Katanya, “Aku berjuang.”. Padahal ia hanya berdiri di tepi kemenangan orang lain, mencatat janji-janji yang akan dipungutnya nanti ketika suara rakyat telah dikubur dalam tinta biru di ujung jari-jari
Dan disaat itulah baru dimulai cerita mengkerjainya Dengan datang, bersama proyek yang ditawarkannya Kepada pekerjaan dengan diawal tersenyum, Tapi sebenarnya mengatur para pekerja proyeknya jadi bunuh diri Dengan janji-janji amanlah itu nanti
Cara mengkerjainya sederhana sekali. Ia tidak menandatangani apa pun, Dan ia hanya menunjuk, memberi kode, sementara di atas kertas nama orang lain yang tercantum Temannya, saudaranya, orang yang percaya.
Dan ketika badai datang Audit, laporan, pasal hingga ancaman penjara ia berkata dengan tenang: “Bukan proyekku. Aku hanya membantu.”
Maka yang masuk jeruji bukan ia, tapi mereka yang percaya pada bisikan, Pada tanda tangan yang tak mereka pahami, pada niat yang mereka kira mulia di awal
Di luar sana, ia masih duduk di warung kopi, Membicarakan politik dan peluang kedepan menunggu musim pemilu berikutnya, Karena baginya, setiap pemilu adalah panen, dan setiap panen adalah pintu ke meja makan.
Ia tetap tak punya kerja, Selain menjadi asu yang berkuasa Ia tak akan pernah punya kerja Selain hanya menjadi bayang gelap kekuasaan yang berkuasa hidup dari tepuk tangan palsu, dan menanam bencana di ladang orang lain
SigondrongDalamDiam
25 Oktober 2025
